untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.
Dinamai
Al Qur'an dengan Al Qur'an dan dan Al Kitab, adalah karena Al Qur'an
dibaca dengan lidah dan ditulis dengan kalam (pena) dan dibukukan. Juga
karena Al Qur'an itu pengumpul atau kumpulan. Dia mengumpulkan atau
kumpulan surat-surat dan ayat-ayat atau Al Qur'an adalah merupakan suatu
maqru'ah atau majmuah.
Al Qur'an terdiri dari 30 zuz, 114 surat, dan 6.236 ayat. dengan pembagian sebagai berikut:
Surat-surat Makkiyah berjumlah 86 buah dan surat-surat Madaniyyah berjumlah 28 buah. Jumlah totalnya adalah 114 surat.
Ayat-ayat Makkiyah berjumlah 4.613 ayat dan ayat-ayat Madaniyyah 1.623 ayat. Jumlah totalnya adalah 6.236 ayat bukan 6.666 ayat.
Surat-surat
Makkiyah adalah kira 2/3 Al Qur'an dan surat-surat Madaniyyah 1/3 Al
Qur'an. Sedang jumlah ayat-ayatnya, ayat-ayat madaniyyah hampir 1/3
kurang sedikit dari jumlah ayat-ayat dari surat Makkiyah.
Ciri-ciri khas dari Makkiyah, yang pokok adalah:
1. Terdapat di dalamnya lafadh "Kalla" (lafahd ini terdapat dalam Al-Qur'an tigapuluh kali)
2. Terdapat di dalamnya ayat sajdah.
3.
Terdapat di dalamnya seruan "Ya ayyuhan naas", tidak terdapat di
dalamnya "Ya ayyuhal ladziina aamanu". Menurut pendapat sebahagian
ulama, surat Al Hajj, Makkiyah.
4. Terdapat di dalamnya kisah nabi-nabi dan umat-umat dahulu, selain dari Al Baqarah.
5. Terdapat di dalamnya kisah Adam dan Iblis, terkecuali Al Baqarah.
6. Dimulai dengan huruf-huruf Hijaiyyah, terkecuali Az Zahrawan dan Ar RaPad, walaupun mengenai Ar Ra'ad ada khilaf.
Selain dari ciri-ciri yang specifik ini, adalah:
a. Ayat-ayatnya pendek-pendek. Demikian pula surat-suratnya, sedang nada-nadanya keras.
b. Mengandung da'wah (seruan) kepada tauhid, serta menerangkan keadaan surga dan neraka.
c. Mengandung seruan kepada perangai baik, yang luhur, kepada tetap berlaku lurus.
d. Mendebati orang musyrik, serta menyatakan, bahwa mereka orang bodoh.
e. Banyak dipergunakan sumpah sesuai dengan kebiasaan orang-orang Arab.
Ciri-ciri khas dari Madaniyyah, ialah:
1. Terdapat padanya tentang jihad, atau menerangkan hukumnya.
2. Terdapat padanya penjelasan tentang hukum pidana fara-idl, hykum perdata, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
3. Terdapat padanya tentang keadaan kaum munafik, selain dari surat Al 'Ankabuut yang diturunkan di Mekkah.
4. Mendebat ahlul kitab serta mengajak supaya mereka tidak terlalu berlebih-lebihan dalam menjalani tugas agama.
Ciri-ciri yang lain adalah:
a. Suratnya panjang-panjang, demikian pula ayat-ayatnya dan nada-nadanya, nada tasyri, lembut dan lunak.
b. Mengemukakan keterangan dan dalil secara jelas.
Rasulullah
Muhammad diutus untuk seluruh manusia sebagai rahmat buat semesta alam.
Al Qur'an diturunkan oleh Allah kepada beliau adalah juga sebagai
petunjuk, penerangan dan pandangan hidup buat manusia, bukan buat
sebahagian bangsa, atau golongan seperti yang diklaim beberapa penganut
agama ardhi (bukan Islam).
Dan
Kami tidaklah mengutus engkau melainkan untuk seluruh manusia sebagai
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan dan akan tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. (QS. 34 ayat 28)Dan Kami tidak mengutus engkau melainkan rahmat bagi semesta alam (QS. 21 ayat 107)Bulan
Ramadhan yang diturunkan Al Qur'an di dalamnya sebagai petunjuk bagi
manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan Furqan.. (QS. 2
ayat 185)Ini Al Qur'an penerangan buat manusia, dan petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 3 ayat 138)Ini Al Qur'an pandangan buat manusia, petunjuk, dan rahman buat kaum yang yakin. (QS. 45 ayat 20)Dalam
sebuah riwayat dikatakan bahwa Rasulullah diutus untuk menyempurnakan
akhlak, maka itu artinya bahwa Al Qur'an yang beliau bawa berisi
pendidikan moral yang bernilai sangat tinggi dan abadi, berlaku buat
seluruh manusia dari berbagai bangsa dan zaman. Dari ketiga ayat di atas
jelas sekali bahwa Al Qur'an bukan cuma sekedar dibaca mengharap
pahala, melainkan pendidikan (tarbiyah) moral dalam rangka hablum
minallah dan hablum minannaas.
Hablum minallah (tali dari Allah) yaitu Al Qur'an mengajarkan kita bagaimana cara untuk dekat dan berkomunikasi dengan Allah
Hablum
minannaas (tali dari manusia) yaitu Al Qur'an memberikan petunjuk,
penerangan, dan pandangan hidup untuk mengaplikasikan ibadah yang kita
kerjakan seperti shalat, puasa, serta perintah-perintah lainnya di
tengah-tengah masyarakat.
Itulah mengapa selalu dikatakan
atsaris sujuud
(bekas sujud) (QS. 48 ayat 29). Itu artinya bukan dahi kita yang harus
berwarna hitam karena bekas sujud, melainkan perilaku kita yang harus
sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan. Misal, shalat mengajarkan
kita supaya sabar dan rendah hati, maka apa yang diajarkan Al Qur'an
melalui shalat harus kita terapkan di dalam menghadapi kehidupan yang
nyata, benda-benda hidup, dan segala peristiwa-peristiwa yang terjadi di
sekeliling kita yang datangnya silih berganti; kesenangan dan kesusahan
serta kebaikan dan keburukan. Mungkin kita berhasil sabar di dalam
shalat kita karena yang kita hadapi hanyalah benda-benda mati, tetapi
belum tentu kita mampu bersabar ketika shalat kita selesai dan kita
menghadapi benda-benda hidup.
AL QUR'AN ADALAH KITAB YANG BERKAH YANG HARUS DIPELAJARI
Al
Qur'an sebuah kitab yang Kami turunkannya diberkahi supaya mereka
mempelajari ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai akal
mengambil pelajaran. (QS. 38 ayat 29)
Dan
ini Al-Qur'an sebuah Kitab yang Kami telah menurunkannya diberkahi.
Membenarkan (Kitab-Kitab) yang ada sebelumnya dan supaya engkau memberi
peringatan kepada ibu kota dan orang yang ada di sekelilingnya. Dan
orang-orang yang beriman dengan akhirat, mereka beriman dengannya, dan
mereka memelihara atas shalat mereka. (QS. 6 ayat 92)
Shalat
sebagai gerakan ritual adalah ibadah dalam rangka hablumminallah.
Segala tata cara pelaksanaannya mencontoh dari gerakan yang telah ada
dari dahulu dan disesuaikan dengan kemampuan fisik kita. Tidak ada
aturan tertentu yang mengaturnya, Rasulullah hanya mencontohkan seperti
apa yang beliau dapat kerjakan sesuai dengan fisiknya. kalaupun ada tata
cara tertulis, itu hanyalah inisiatif para 'alim, fuqaha agama untuk
mengabadikannya karena memang pengetahuan itu harus ditulis. Seperti
yang dilakukan para ilmuwan dalam mengenalkan berbagai disiplin
ilmu-ilmu yang mereka ketahui atau mereka temukan yang sarat dengan
perdebatan dan perbedaan pendapat. Hal itu terjadi di dalam gerakan
shalat, masing-masing yang mengatasnamakan sahabat Rasulullah, mengklaim
bahwa gerakan yang mereka lakukanlah yang benar. Sehingga hal ini yang
membuat banyak sekali perbedaan. Coba kita lihat gerakan-gerakan shalat
para jemaah hajji di Mekkah saat musim hajji. Tidak sama bukan? Apa iya
Rasulullah mengajarkan shalat semaunya? Atau inisiatif mereka untuk
melakukan gerakan yang nyaman bisa dilakukan agar shalat mereka khusyu?
Kita tidak berhak mengatakan ini benar dan itu salah. Hanya Allah yang
berhak menilai.
Tidak ada pahala di dalam shalat, tetapi untuk
menjaga nilainya sebagai suatu komunikasi suci khusus kepada Allah, kita
diperintahkan untuk menjadikan Al Qur'an sebagai peringatan dan
pengajaran serta melaksanakan kebaikan-kebaikan yang diajarkan di
dalamnya sebagai cara untuk mendapatkan ganjaran dan pahala terbaik di
akhirat.
AL QUR'AN MUDAH. ADAKAH YANG MAU MENJADI DOKTOR DAN DOKTER?
Dan
sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an sebagai peringatan, maka adakah
yang mau mempelajarinya? (QS. 54 ayat 17, 22, 32, dan 40)
Mengapa
harus begini, begitu; belajar ini, belajar itu? Apakah begitu
menyusahkannya Al Qur'an buat kita seperti yang kita anggap selama ini?
Al
Qur'an adalah kitab yang sangat mudah, seperti yang Allah jelaskan
kepada kita. Hanya saja, sedikit sekali yang tertarik untuk
mempelajarinya. Kebanyakan mereka hanya berangan-angan mengharap pahala
dari apa yang mereka baca, misalnya, membaca surat Yasin waktu malam
Jum'at, membaca Al Fatihah berkali-kali, membaca tabarak dan sebagainya.
Kata
Muddakir (mengambil pelajaran) pada ayat di atas mempunyai pengertian
sama dengan kata Daktuur yang artinya Doktor atau Dokter.
Doktor
adalah gelar kesarjanaan tertinggi yang diberikan perguruan tinggi.
Contoh dibidang ilmu hukum (fil huquuq) dan Filsafat (fil falsafah).
Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya (fith thibb)
Dengan
keterangan di atas, menjelaskan bahwa Al Qur'an memberikan pengetahuan
luar dan dalam. Di luar berbentuk pengetahuan akal dalam memahami segala
keilmuwan yang berhubungan dengan kehidupan alam nyata dan di dalam
berbentuk pengetahuan hati dalam memahami segala pengertian dan
kesadaran yang berhubungan dengan alam yang tidak nyata beserta
keajaiban-keajaibannya.
Mempelajari Al Qur'an akan memberikan
pengetahuan kita dengan pendidikan tertinggi langsung dari Maha Guru
paling pintar di alam ini. Gelar yang kita dapat dengan
pelajaran-pelajarannya setaraf dengan gelar doktor
Allah
tidak ada Tuhan kecuali Dia yang hidup dan berdiri sendiri, tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.
Siapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya jika tidak dengan
izin-Nya? Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada
di belakang mereka, dan mereka tidaklah meliputi di antara ilmu-Nya
sedikitpun kecuali dengan apa yang Dia mau. Luas kursi-Nya di langit dan
di bumi. Dan Dia tidaklah berat menjaga keduanya. Dan Dia Maha Tinggi
dan Maha Besar. (QS. 2 ayat 255)
Dan
di sisi-Nya kunci-kunci keghaiban, tidak ada yang mengetahui melainkan
Dia, dan Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut, dan tidak ada
yang jatuh dari sehelai daun melainkan Dia mengetahuinya dan tidak ada
sebutir biji dalam kegelapan bumi dan tidak ada yang basah dan yang
kering melainkan dalam kitab yang terang. (QS. 6 ayat 59)
Katakanlah: "Ilmu itu hanya di sisi Allah dan aku hanyalah pemberi peringatan yang terang. (QS. 67 ayat 26)
Dia (Fir'aun) berkata: "Maka bagaimana keadaan generasi-generasi terdahulu?
Dia (Musa) berkata: "Ilmunya di sisi Rabbku di dalam Kitab. Rabbku tidak akan tersesat dan tidak akan lupa. (QS. 20 ayat 51-52)
Sebagaimana
Kami telah mengutus pada kamu seorang rasul di antara kamu membacakan
atasmu ayat-ayat Kami dan mensucikan kamu dan mengajarkanmu Kitab dan
Hikmah dan mengajarkanmu apa yang kamu tidak ketahui. (QS. 2 ayat 151)
Allah
mengajarkan segala pengetahuan tentang alam ini kepada manusia yang
tidak mereka ketahui melalui ayat-ayat Al Qur'an. Allah menjelaskan
bagaimana dari satu air laut berdampingan mempunyai rasa yang berbeda,
teori bigbang, meteor salju, fungsi atmosfir, jumlah planet dalam solar
system dan lain-lain beberapa abad yang lalu, dimana tekhnologi belum
dikenal pada zaman itu. Rasulullah bukan seorang penyelam, astronout,
atau bahkan ilmuwan. Tetapi pengetahuan yang dijelaskan Al Qur'an
setaraf dengan pengetahuan abad modern. Tetapi sayangnya karena umat
muslim tidak begitu tertarik mempelajari Al Qur'an, dan lebih suka
menjadikannya sebagai dongeng, mantra, jimat, dan sebagainya, maka
mereka tertinggal jauh, dan hanya hanya bisa menunjukkan rasa takjub dan
kekaguman kepada sesuatu yang sebenarnya telah dikenalkan kepada mereka
semenjak mereka belajar membaca Al Qur'an. Tetapi ketakjuban itu bukan
ditujukan untuk Al Qur'an tetapi pengetahuan modern yang ditemukan oleh
orang-orang barat. Kenyataan yang terlihat di zaman ini bahwa sebahagian
besar umat muslim tidak mengetahui isi Al Qur'an. Itulah yang
menjadikan kelemahan mereka sehingga mudah sekali mengikuti emosi; mudah
terhasut dan mudah putus asa.
Pengertian Al Qur'an maju terus ke
depan mengikuti perkembangan zaman, bukan selalu mundur ke belakang
hanya untuk mencari ceritanya (asal-usulnya, sebab-sebabnya, dan
lain-lain) yang pada akhirnya membuat kita pandai mendongeng dan bukan
pandai mengupas pengetahuan Al Qur'an yang berhubungan dengan masa kini.
Di
samping memberikan pengetahuan akal kita untuk memahami alam secara
zhahir, Al Qur'an juga memberikan pengetahuan kepada kita untuk memahami
segala sesuatu secara bathin. Misalnya, mengetahui segala
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hati serta penyembuhannya.
Gelar yang kita dapat lebih tinggi dari dokter karena Maha Guru paling
pintar di alam semesta ini telah mengajarkan melalui Al Qur'an cara
menyembuhkan penyakit yang sampai saat ini belum ada obatnya, yaitu
penyakit HATI.
Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pengajaran dari Rabbmu dan
obat untuk apa yang ada di dalam dada, petunjuk, dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (QS. 10 ayat 57)
Dan
Kami telah menurunkan dari Al-Qur'an apa yang menjadi obat dan rahmat
bagi orang-orang beriman. Dan tidaklah menambah orang-orang yang zhalim
itu melainkan kerugian. (QS. 17 ayat 82)
Dan
sekiranya Kami menjadikan Al Qur'an sebagai Qur'an berbahasa A'jam
sungguh mereka akan berkata: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?"
Apakah dengan bahasa A'jam sedang ia seorang Arab? Katakanlah: "Al
Qur'an bagi orang-orang yang beriman menjadi petunjuk dan obat". Dan
orang-orang yang tidak beriman di dalam telinga mereka ada sumbatan dan
Al Qur'an adalah kebutaan atas mereka. Mereka itulah orang-orang yang
dipanggil dari tempat yang jauh. (QS. 41 ayat 44)
Ketika
kita ingin meminum suatu obat, terlebih dahulu kita ingin mengetahui
petunjuk cara memakainya, aturannya, kandungannya, dan juga efek
sampingnya. Di dalam petunjuknya itu pasti kita memilih bahasa yang kita
mengerti, dan apabila bahasanya kita tidak mengerti, pasti kita
bertanya kepada yang mengerti. Mengapa demikian? Karena yang kita
butuhkan bukan tulisannya tetapi petunjuk yang terkandung di dalamnya.
Kalau hanya sekedar kita baca dan kita tidak mengerti artinya, maka itu
tidak akan berguna. Obat itu akan menjadi pajangan karena kita takut
meminumnya dan menjadi berbahaya karena kita tidak tahu cara
penggunaannya karena bisa saja itu obat sangat keras yang harus dengan
dosis benar.
Sama halnya dengan Al Qur'an. Al Qur'an berisi petunjuk
berbahasa Arab. Apabila kita tidak mengerti isinya, itu akan membuat
kebutaan akan maknanya. Apabila kita hanya membaca tulisannya dan tidak
mempelajari isinya, maka Al Qur'an akan menjadi pajangan mati dan kita
akan tersesat selama-lamanya di dalam agama yang selama ini hanya
ikut-ikutan nenek moyang.
Untuk kembali kepada Allah, hati kita
harus bersih dan sehat (QS. 26 ayat 89). Rasul membacakan ayat-ayat Al
Qur'an untuk membersihkan hati sebagai suatu karunia yang besar. (QS. 2
ayat 151, 3 ayat 164). Apabila kita jauh dari Al Qur'an dan tidak
memahami isinya, kita tidak akan bersih selama-lamanya (QS. 24 ayat 21).
Al Qur'an sebuah kitab penyembuh penyakit hati. Kita tidak boleh sempit
dada menerimanya. (QS. 7 ayat 2). Apabila kita sempit dada, tidak mau
mendengarkannya, membacanya, dan melihatnya, maka kita tidak bisa
kembali kepada Allah (QS. 2 ayat 18)
sumber: http://abifahd.blogspot.com/2010/08/al-quran-kitab-umat-muslim-petunjuk.html